Di antara terumbu karang yang berwarna-warni di perairan Bunaken, berenanglah seekor ikan yang sangat mencolok. Tubuhnya bergaris-garis merah dan putih, siripnya menjuntai panjang seperti kipas, dan setiap gerakannya seperti tarian lambat di air.
Namanya adalah lionfish, atau lebih dikenal secara lokal sebagai Lepu.
Lepu (lionfish) adalah salah satu ikan yang paling mudah dikenali karena bentuk dan warnanya yang mencolok. Namun di balik keindahannya, lepu memiliki duri-duri beracun di tubuhnya, yang digunakan untuk melindungi diri dari predator.
Meski terlihat anggun, ia sebenarnya adalah ikan petarung yang pintar bertahan hidup. Di laut Bunaken, lepu tinggal di antara karang dan celah-celah batu, biasanya sendirian, dan aktif di malam hari.
Dalam buku cerita anak Cerita dari Utara, hasil kolaborasi antara Pelindo dan Perkumpulan Literasi Sulut, dikisahkan petualangan seekor lepu muda yang hanyut terbawa arus laut yang kuat. Terombang-ambing dan kelelahan, ia akhirnya menemukan perlindungan di balik tubuh besar seekor coelacanth tua bernama Kola, yang disebut "raja laut" oleh makhluk-makhluk kecil di Bunaken.
Awalnya takut, si lepu lambat laun menyadari bahwa Kola sangat bijak dan bersahabat. Keduanya pun saling bercerita—tentang dunia laut yang berubah, tentang sampah yang melayang di air, dan tentang harapan mereka agar laut tetap bersih.
Dari ketakutan, tumbuh rasa hormat. Dan dari perlindungan, tumbuh persahabatan.
Cerita ini menyampaikan pesan bahwa di laut, seperti juga di darat, perbedaan bukan alasan untuk berjarak, dan setiap makhluk punya peran menjaga rumahnya.
Lepu bukan hanya ikan cantik penuh duri. Ia adalah bagian dari kisah laut yang hidup, dan kini hadir dalam cerita dan hati anak-anak Indonesia—berkat semangat Pelindo mengenalkan laut lewat pendidikan dan imajinasi.